Quantcast
Channel: SWA.co.id – Berita bisnis terkini, Diaspora Indonesia, Business Champions, dilengkapi dengan strategi dan praktek bisnis, manajemen, pemasaran, entrepreneur, teknologi informasi, keuangan, investasi, GCG, CSR, profil dan gaya hidup eksekutif.
Viewing all 430 articles
Browse latest View live

Ambisi Dana Riza Membesarkan MD Animation


Kampiun Ekspor yang Dulu Nyaris Gulung Tikar

Bisnis Fashion Kebaya Asri Welas

Shell LiveWIRE Business Start-up Awards 2014 Jaring 14 Finalis Wirausaha Muda

UNTAR Dorong Lulusan Menjadi Entrepreneur

Aswin Kwa Rintis GudPoin Mulai dari Nol

Dr Aceng, Bisnis Kecantikan dengan Modal Rp5 Juta

Bisnis Jajanan Pasar Menembus Kota Besar


Lukman Hardi, Inspirasi Bisnis dari Sulitnya Belajar Matematika

Berbisnis dengan Modal Kreativitas Anak

Jurus Philippe Delaisse Besarkan Ethnicraft di Indonesia

Ryan A. Pratama Sukses Berbisnis Alat Musik Cajon

Anak Muda di Balik MAD

$
0
0

Kuliah sambil berbisnis itu banyak manfaatnya. Lihatlah apa yang dilakukan Rano Dwi Pantara yang kini tengah cinta berat membesarkan usaha […]

The post Anak Muda di Balik MAD appeared first on SWA.co.id.

Tedi House Ekspansi Hingga ke Amerika

Syarif Raup Puluhan Juta Rupiah Lewat Cyberlabs


Duet Ibu dan Anak di Bisnis Penyewaan Kostum

Renaldo Panggabean, dari Bankir Menjadi Owner Resto Radja Ketjil

SamWon Group, Asa Albert Populerkan Kuliner asal Korea

Sambil Menyelam, Dapat Penghasilan

Rafael David, Membentuk Karakter Entrepreneur Sejak Dini

$
0
0

Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki populasi entrepruener yang kuat. Rupanya paradigma inilah yang diyakini oleh Rafael David, owner dari Aboday Design. Pembandingnya cukup jelas, ia mencontohkan Amerika Serikat mencatatkan populasi wirausahanya sebesar 15%, dan juga Singapura sebesar 9%. Namun untuk Indonesia angkanya masih belum bisa move on dari 2%.

rafael david

Memang jika dibandingkan dengan Singapura, jumlah 2% ini lebih banyak, namun untuk mengayomi jumlah penduduk Indonesia yang telah mencapai 250 juta, tentu saja masih sangat kecil perbandingannya.

“Idealnya itu antara 7% – 10%, dimana jumlah tersebut diharapkan bisa menjaring kelebihan bonus demografi kita untuk bisa dikembangkan kemampuannya ke arah yang lebih produktif,” kata Rafael, saat ditemui di acara prese conference Canisius Alumni Day di Hermitage, Menteng Jakarta (11/3).

Menurutnya, angka pertumbuhan entrepreneur ini perlu digenjot sehingga pada akhirnya bisa menggalakkan perekonomian negara pada umumnya. Hanya saja, pertumbuhan jumlah juga perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas entrepreunernya. Untuk mewujudkannya, David mengutip perkataan Yohannes Haryanto, pengelola Kolese Canisius , bahwa untuk menciptakan qualitypreuner hal yang sangat fundamental untuk dibenahi adalah karakter. Sehingga Kolese Canisius menerapkan pendidikan karakter, ketimbang kompetensi.

Itu artinya kolese ini tidak semata – mata berfokus pada mendidik siswa agar menjadi pribadi yang pintar dalam segala hal, melainkan lebih kepada menanamkan karakter humanity, sehingga simpelnya, ketika mereka berada pada situasi tertinggi pun, masih memiliki karakter down to earth.

“Saat ini kan banyak manusia pintar baik itu pengusaha maupun yang berada di pemerintahan, banyak terjerat kasus. Itulah bukti faktual betapa kurangnya pendidikan karakter ditanamkan pada setiap pribadi generasi kita,” sambung Rafael.

Sebagai bentuk implikasi dari pendidikan karakter yang diterapkan di Kolese Canisius, Rafael mencontohkan, ada beberapa nilai yang ditanamkan pada setiap individunya, yakni seperti menghargai perbedaan, peduli terhadap sesama, gotong royong, dan selalu menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Kemudian barulah disusul dengan nilai – nilai yang bersinggungan dengan kompetensi seperti teknologi, finance, serta komunikasi.

10917874_10152953182921291_1219997979797891734_n

“Sebagai contoh, waktu saya sekolah saya memiliki teman dari berbagai latar belakang budaya, memang banyak hal yang membuat kita merasa berbeda satu sama lain. Tapi disitu Romo Hary selalu menekankan betapa kita harus saling menghargai. Begitu juga dengan teman saya yang setiap hendak pergi ke sekolah harus bangun jam empat subuh, dan membawa bekal makan seadanya, disitu juga kita diajarkan untuk saling berbagi, tanpa perlu membeda – bedakan,” jelas Rafael, sambil menceritakan secara flashback masa – masa sekolahnya.

Masih tentang nilai entrepreuner, penyandang gelar arsitektur Universitas Parahyangan, Bandung ini menambahkan bahwa menjadi entrepreuner harus bisa memberikan value added bagi perekonomian negara. Dalam artian, dengan memberikan impact terhadap perekonomian Indonesia yang semakin solid, maka imbasnya akan dirasakan oleh masyarakat, baik itu penambahan jumlah lapangan kerja yang akan diserap, juga bisa memberikan kesejahteraan pagi pekerjanya.

Efek lain yang bakal dirasa jika tercipta entrepruener Indonesia yang berkualitas adalah bisa mempertahankan market Indonesia dari gempuran perusahaan multinasional. Artinya pengusaha lokal pun dengan kompetensinya bisa dapat bersaing dengan pengusaha global. “Yang paling terasa itu ketika nanti Masyarakat Ekonomi Asia telah bergulir, jika pengusaha lokal memiliki kualitas, maka akan memiliki determinasi atas pangsanya sendiri di lokal, maupun melebarkan pangsa ke luar, bukan malah didominasi oleh pengusaha global,” ujarnya. (EVA)

The post Rafael David, Membentuk Karakter Entrepreneur Sejak Dini appeared first on SWA Online.

Viewing all 430 articles
Browse latest View live